23. Hak Milik

2003 Kata

“Jangan berlagak jadi korban gitu, Fi. Kamu yang nantangin,” ujar Mas Kian saat aku tak kunjung bergeming dari ranjang. Aku masih menenggelamkan diri di balik selimut. “Nafi—” “Mas Kian ini gila banget, sumpah! Kita menikah baru tadi malem, lho! Bisa-bisanya tadi …” aku tak sanggup melanjutkan kalimatku. “Keterlaluan!” “Loh, jangan salah. Yang menikah dalam beberapa jam langsung tahu semuanya juga ada. Bahkan ada yang belum selesai resepsi.” “Tapi kasus kita, kan, beda, Mas! Jangan samain dengan yang lain, dong!” “Aku cuma buktiin aja. Enggak lebih. Setelah ini, kamu enggak ada alasan menuduhku belok. Karena kalau aku belok, maka harusnya—” “Stop! Enggak usah dilanjutin! Curang banget!” Akhirnya, aku menyibak selimut lalu duduk. Mas Kian masih duduk di sofa, tetapi dia menatap ke ara

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN