Jadinya, aku menginap di rumah Mas Arif karena semalam mau pulang tidak diperbolehkan Fathir. Dia menangis, ingin aku tinggal lebih lama. Jadi, ya sudah. Aku iyakan mumpung ketemu. Pasalnya, sudah lama sekali aku tidak mengunjungi rumah Mas Arif. Lagi pula, di Magelang pun aku sendiri. Perihal kapan pulang ke Jakarta, mungkin besok. Aku harus menghadapi semuanya. Aku tidak boleh seperti pecundang yang terus bersembunyi. Masaku menepi sudah cukup. Apa pun yang terjadi kedepannya, akan kuhadapi dengan hati yang lapang. Jika bisa, aku masih akan terus mempertahankan pernikahanku semaksimal mungkin. Namun, jika berpisah adalah jalan satu-satunya, aku akan mencoba menerima. Toh ini bukan kali pertama aku ditinggal orang yang kusayang. Aku bisa terus menemui Bapak dan Ibuk di makam. Mereka ti