Kaizen berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri dalam balutan seragam perawat. Wajahnya hampir tidak dikenali, terutama saat dia meraih masker di meja kecil di depannya dan perlahan memakainya. “Anda yakin ingin melakukan ini?” Roana bertanya, sedikit ragu. Kaizen tidak langsung menjawab. Matanya tetap terpaku pada cermin, pada sosok dirinya yang kini lebih menyerupai bayangan daripada seorang pria yang pernah ia kenali. “Hanya dengan cara ini aku bisa melihatnya dari dekat, Rona,” gumamnya akhirnya. “Aku tidak punya cara lain. Dia selalu histeris saat melihatku.” Suara Kaizen terdengar datar, tapi Roana bisa merasakan getir yang tersembunyi di baliknya. Ia terdiam. Kenyataan ini terlalu pilu untuk diucapkan. Bagaimana mungkin seorang istri bisa melupakan suaminya sendi