Memang ada seorang wanita yang merestui hubungan suaminya dengan wanita lain? Pikiran itu terus berputar dalam kepala Sea. Dia mengerjap, menatap kosong ke langit-langit kamarnya yang gelap. Bayangan percakapannya dengan Kaizen kembali melintas, seperti proyektor yang tak mau berhenti. Kata-kata Kaizen terngiang lagi di telinganya—terdengar ambigu. "Tapi, tunggu ….” Sea berkedip beberapa kali, mencoba mengusir rasa penasaran yang mulai menyerangnya. "Nyaris tidak ada yang rela berbagi, kecuali… apa istrinya meninggal?" Pikiran itu membuat dadanya mencengkeram. Semakin ia memikirkannya, kepalanya semakin berdenyut, seperti ada simpul besar yang menolak untuk diuraikan. Dengan napas berat, Sea bangkit dari tempat tidur. Ia turun ke dapur, menyeduh teh chamomile pemberian Kaizen, me