Kaizen duduk di ruang tamu, kepala tertunduk. Hening, kecuali suara detak jam dinding yang terdengar begitu keras di telinganya. Semalam, setelah berhasil menidurkan Deggo, ia berpikir segalanya akan berjalan sesuai rencana. Rencana yang ia susun matang-matang. Mendekati Sea secara perlahan, membiarkan hubungan mereka tumbuh alami tanpa memicu kenangan lama yang mungkin telah terkubur dalam-dalam. Namun, telepon dari kediaman utama mengubah segalanya. Nenek Elizabeth jatuh sakit. Kondisinya semakin buruk, dan anak buahnya gagal menemukan keberadaan Sea. Kaizen merasa terpojok, terutama ketika ia tiba dan melihat Elizabeth terbaring lemah di tempat tidur. Entah mengapa, Kaizen merasa Elizabeth sudah semakin tua dari yang terakhir dia lihat. Dan dia terlihat amat rapuh. “Anda tidak bisa