Niko terduduk lemas di kursi di depan koridor rumah sakit. Dia menyugar rambutnya kasar dan menyalahkan dirinya sendiri. Berkali-kali Niko menghembuskan nafas kasar. Dia berusaha melemaskan ototnya yang kaku karena tegang. Niko berdiri dan mengintip di antara pintu UGD. Dia berharap bisa melihat istrinya sedikit saja. "Bapak mau liat istrinya?" tanya seorang perawat. "Iya sus, saya mau ketemu sama istri saya," jawab Niko penuh harap. "Satu orang saja ya. Mari, Pak biar Ibunya juga semangat." Niko menoleh ke arah Santi dan Amira. Dua wanita paruh baya itu menganggukkan kepala mereka tanda mereka mengijinkan Niko masuk ke dalam sana. Niko masuk ke dalam ruang UGD. Dia menyibak pelan salah satu sudut ruanganan yangbfi batasi oleh gorden warna hijau muda di sekelilingnya. Ada seorang gadi