Davina menyandarkan tubuh pada bingkai pintu kamar, kedua lengan terlipat erat di d**a. Matanya, tajam dan tak berkedip, mengikuti setiap gerakan Inka yang sedang memilah-milah pakaian Kayla ke dalam tas ransel kecil. Cahaya lampu kamar menyoroti raut wajahnya yang semakin berkerut saat melihat sang pengasuh memasukkan tiga set pakaian tidur. "Kayla tidak menginap, Inka," ujarnya, suara datar namun memotong. "Cukup bawa yang diperlukan untuk sehari." Inka menunduk, jemarinya bergetar ringan. "Tapi ... Pak Chandra meminta saya menyiapkan pakaian untuk kemungkinan menginap, Bu." "Tidak!" Davina mendorong diri dari pintu, langkahnya cepat dan tegas meninggalkan kamar. Jari-jarinya yang dingin sudah menekan nomor suaminya sebelum dia sampai di ujung koridor. Telepon berdering beberapa kali

