Bab 6. Ternyata, Egois

1230 Kata
Happy Reading Valen terdiam mendengar permintaan Vanessa, jika dulu setiap Vanessa menghubunginya untuk menemani di rumahnya, Valen akan langsung pergi meskipun terkadang dia sedang ada urusan. Permintaan Vanessa akan selalu menjadi nomor satu dan hal itulah yang membuat Valen selalu berada di sisi Vanessa dengan perasaan cintanya. Vanessa sendiri merasa sudah ketergantungan padanya, meskipun setelah wanita itu sudah memiliki kekasih, Vanessa akan selalu menghubunginya dan meminta waktunya entah sekedar menemani di rumah atau minta di temani jalan-jalan ke Mall. Kalau dipikir-pikir, Valen memang sudah seperti kekasihnya saja, tetapi nyatanya kekasih Vanessa adalah Arjuna. Juna sendiri tahu jika persahabatan mereka terjalin sejak dari kecil, mungkin sejak SD dan mereka pernah menjadi tetangga sebelum akhirnya Vanessa pindah saat SMA. Hingga Juna tidak pernah mempermasalahkan jika Valen selalu ada untuk Vanessa. Arjuna sendiri sangat percaya pada Valen karena pernah suatu ketika Juna bertanya tentang perasaan Valen terhadap Vanessa. Kepeduliannya dan perhatiannya membuat Juna cemburu. Namun saat itu Valen mengatakan bahwa dia menganggap Vanessa sudah seperti Adiknya sendiri. Juna percaya karena memang Vanessa tidak pernah menganggap Valen lebih dari sekedar sahabat. Vanessa hanya mencintai Arjuna dan Arjuna juga sangat percaya hal itu. "Valen? Bisa, kan? Aku akan buatkan kamu kue stroberi, pasti kamu udah kangen kue buatanku, kan?" Valen tersadar dari lamunannya tentang sikap dia dengan Vanessa di masa lalu. Pria itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. "Maaf, Ness. Aku ada urusan yang nggak bisa ditinggal. Kapan-kapan deh, aku mampir ke rumahmu kalau Juna di rumah." Sekarang sudah tidak pantas kalau Valen main ke rumah Vanessa karena wanita itu sudah memiliki suami. Hening sesaat. Mungkin Vanessa sedikit terkejut karena Valen menolak permintaannya. Seumur-umur mungkin baru kali ini Valen menolaknya dan hal itu pasti membuat Vanessa tidak percaya. "Memangnya kamu ada urusan apa? Biasanya juga kalau kamu ada urusan pasti bakal kamu tinggalin. Apa kamu udah nggak nganggap aku sebagai sahabat?" Valen mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan dari Vanessa. Kenapa wanita itu seolah-olah menganggap urusannya tidak lebih berharga darinya? Kenapa Valen baru menyadari jika Vanessa begitu egois? Apakah selama ini memang dia sudah terlalu memanjakan Vanessa dengan selalu menuruti keinginannya? Selalu datang padanya meskipun dia tengah sibuk sehingga membuat Vanessa merasa Jika dia memang sangat penting? "Urusanku kali ini lebih penting daripada mendatangimu!" Valen langsung mematikan panggilannya, tidak peduli dengan tanggapan Vanessa setelah ini. Pria itu menyugar rambutnya ke belakang dengan tangan kiri. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa begitu kesal mendengar ucapan Vanessa yang seolah-olah merasa jika dirinya begitu berharga dibandingkan dengan urusannya. Ah, Valen. Apakah kamu selama ini tidak merasa jika kelakuanmu lah yang membuat Vanessa ketergantungan. *** Valen sudah sampai di rumah, dia masuk ke dalam dengan langkah pelan. Hatinya masih terasa tidak nyaman dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Di sisi lain dia memikirkan kehamilan Kinan, tetapi sikap Vanessa tadi membuatnya semakin berpikir keras. Kenapa wanita yang selama ini terlihat sangat baik, anggun, lembut, tiba-tiba berubah menjadi wanita yang egois. Apakah matanya tertutup rasa cinta yang besar untuk wanita itu, sehingga segala keburukannya tidak akan pernah nampak? "Kenapa wajah putra Mami yang tampan ini ditekuk seperti itu?" tanya Mami Luna saat Valen duduk di sampingnya. Valen tersenyum saat Maminya membelai rambutnya dengan sayang. Valen hanya bisa menghela napas untuk meringankan beban pikirannya. "Mi, apa Mami senang kalau aku menikah?" tanya Valen menatap Maminya. Luna awalnya terkejut mendengar perkataan sang putra, tetapi kemudian wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum. "Kalau Abang memang mau menikah, tentu saja Mami dan Papi bakal senang banget," jawab Mami Luna. "Tapi emangnya Abang mau menikah? Terus, menikah sama siapa?" Valen hanya tersenyum memeluk sang Mami. Tetapi sepertinya Mami Luna sudah sangat penasaran dengan ucapan yang terlontar dari mulut sang putra. "Abang punya pacar? Kok Mami nggak tahu? Selama ini teman cewek Abang cuma Vanessa, Abang belum pernah bawa teman cewek ke rumah. Kalau memang Abang udah ada calon, bawa ke rumah, ya. Mami ingin tahu dan ingin kenal," ujar Mami Luna. "Ada, Mi. Besok akan Abang kenalin ke Mami. Dia wanita yang baik, tapi dia bukan orang yang kaya. Ibunya sakit dan dia hanya tinggal sama ibunya," jawab Valen. Hanya itu yang dia tahu dari Kinan, Valen belum bertanya lebih jauh. Besok dia akan cari tahu tentang Kinan dan kehidupannya. "Kenalin ke Mami, pasti dia sangat spesial, ya? Abang tuh nggak pernah bilang kalau punya pacar, tau-tau mau nikah." Mami Luna tertawa kecil. Valen juga ikut tersenyum, sepertinya memang dia harus segera mengenalkan Kinan pada keluarganya. Valen harus menikahi Kinan agar mereka semua tidak curiga jika Kinan sudah dihamilinya. Di sisi lain. Kinan merasa gegana. Gelisah, galau, merana. mengingat sang ibu dan adik-adiknya, Kinan mulai ragu dengan keputusan yang dia buat. Apakah ibunya setuju jika dia tiba-tiba menikah dengan Valen. Padahal setahu ibunya pacarnya kan Dimas. Tapi tadi sore Valen mengatakan jika dia adalah kekasihnya yang baru jadian. Kinan memang hanya mengatakan jika dia dan Dimas sudah putus. Namun, sepertinya sang ibu sedikit curiga. Akan tetapi, Kinan tidak mau menunggu sampai perutnya membuncit, dia harus segera menikah dengan Valen secepatnya. Sebuah ketukan pintu menyadarkan Kinan, dia segera membuka pintu kamar dan ibunya berdiri dengan senyum di wajahnya. "Boleh Ibu masuk?" "Tentu saja Bu," jawab Kinan tersenyum dan memberi jalan untuk ibunya. "Apa benar kamu dan Dimas sudah putus? Tapi baru kemarin lusa Dimas ke sini?" tanya sang ibu. Benar, Dimas memang datang dan berkunjung, alasannya ingin menjenguk ibunya. Padahal selama di rumah sakit, Dimas sama sekali tidak datang. Aruna juga, hanya orang tua Aruna yang datang saat dia tidak ada. Kemarin, Kinan mengacuhkan Dimas dan tidak menemui pria itu, Kinan langsung masuk ke dalam kamar saat tahu Dimas datang membawa banyak bingkisan, sampai Dimas pulang Kinan tidak keluar dari dalam kamarnya. "Sudah putus sebulan yang lalu, mungkin Dimas hanya ingin menjenguk ibu," jawab Kinan. "Oh, pantas saja sikap Dimas agak canggung. Dia bahkan menanyakan keadaanmu. Ibu sempat curiga kalau kalian sedang ada masalah. Memangnya masalah apa sampai harus mengakhiri hubungan? Kan semuanya bisa dibicarakan baik-baik." Kinan memejamkan matanya sejenak. Benar kan, ibunya pasti curiga. Apakah dia jujur saja kalau selama ini Dimas sudah berselingkuh dengan Aruna. Anaknya Om Bimo, paman Kinan–adik dari ayahnya. "Masalahnya Kinan sudah tidak mau bersama Dimas lagi, Bu." Bu Dina menyentuh tangan sang putri. "Apakah itu keputusan yang terbaik? Kalian sudah bersama setahun lebih. Ibu ingat kamu pernah mengatakan akan nikah sama Dimas?" Kinan menggeleng, mengingat pengkhianat Dimas dengan Aruna, rasanya hatinya masih sakit. Selama sebulan ini, Kinan benar-benar menghindari Dimas. Bahkan ketika Dimas datang ke kantornya, Kinan tidak mau menemui. Dimas merasa seolah-olah dia begitu menyesal dan mencintainya. Cih, mencintainya? Kalau memang benar Dimas cinta, seharusnya dia tidak mendua. Bahkan itu dengan sepupunya sendiri. Mengingat mereka berciuman dengan panas malam itu, Kinan yakin jika hubungan mereka pasti sudah lebih jauh lagi. Kinan belum bisa menceritakan pada sang ibu jika Dimas sudah berkhianat, tetapi jika situasinya mendesak, Kinan akan mengatakannya. Melihat wajah sendunya, Bu Dina tidak bertanya lagi mengenal hubungan sang putri. Dia pun mencoba mencari topik lain. "Kalau pria yang tadi sore? Kelihatannya dia bukan pria biasa? Kalian sudah kenal lama?" Kinan mengangguk ragu. "Dia atasannya Nabila, kami saling kenal sudah cukup lama. Valen yang udah suka sama Kinan sejak pertama bertemu, akhirnya nembak Kinan dan kita jadian setelah tahu Kinan udah jomblo." Kinan kali harus berbohong. Biar saja dia nyeret nama Nabila. Kenapa juga dia baru ingat kalau Nabila pernah mengatakan padanya jika Valen itu atasannya. Berarti benar 'kan kalau Valen bukan orang biasa? Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN