Happy Reading
Kinan langsung berdiri dari duduknya, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Dia takut jika apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi. "Maaf, dok. Saya tiba-tiba ingat ada urusan penting, permisi!" Kinan membungkuk hormat pada dokter Arjuna dan langsung pergi dari ruangannya dengan tergesa.
Arjuna tentu saja merasa terkejut dengan sikap pasiennya. Apakah wanita itu benar-benar ada urusan mendadak? Kenapa Juna merasa ada yang janggal.
Jelas sekali dia tadi memeriksa denyut nadinya yang terlalu cepat, gejalanya yang mengarah ke arah kehamilan dengan mual-mual dan juga kepala yang pusing, maka dari itu dia menanyakan kapan terakhir kali datang bulan. Memang sih belum bisa dipastikan jika hal itu mengarah ke kehamilan, meskipun gejalanya hampir mirip. Bisa saja kan pasien tadi hanya mengalami masuk angin biasa.
Juna menghela napas, dia memeriksa data pasien yang baru saja pergi dengan terburu-buru itu. Wanita itu terlihat masih muda dan cantik, tanpa polesan make up tebal di wajahnya saja sudah terlihat ayu, meskipun ronanya pucat.
Juna mengerutkan keningnya ketika mencari data dari pasien yang baru saja pergi itu.
"Namanya Kinan Laila Zalfa, usianya 23 tahun. Hemm, baru kali ini ada pasien yang kabur sebelum di diagnosa," gumam Juna.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian menyuruh petugas untuk memanggil pasien selanjutnya. Arjuna tidak lagi memikirkan pasiennya yang aneh tersebut dan segera meneruskan pekerjaannya.
***
Kinan segera pergi dari rumah sakit, hatinya gelisah tidak tenang. Wajahnya semakin pucat dan kepalanya pun semakin terasa pusing. Kinan berusaha kuat mengendarai motornya untuk segera pulang ke rumah. Tetapi sebelum itu dia harus mencari apotek untuk membeli barang yang akan membuat masa depannya berubah. Sebuah tes pack. Hanya itu yang ada dalam pikiran Kinan saat ini. Terlebih lagi dia memang belum mendapatkan tamu bulanan.
"Gue nggak mungkin hamil, kan? Apakah hanya sekali berhubungan bisa membuat hamil?" batin Kinan.
Matanya sudah memanas, air mata mengalir di sudutnya. d**a Kinan tiba-tiba terasa sesak dan denyut kepalanya semakin terasa kuat. Kinan masih mengendarai motornya di jalanan besar, dia tidak tahu harus bagaimana jika ternyata dirinya benar-benar hamil.
"Mudah-mudahan nggak, mungkin aku cuma masuk angin. Ya, aku pasti cuma masuk angin biasa karena kelelahan." Kinan memang harus ekstra merawat ibunya, jadi mungkin karena faktor kelelahan membuatnya pusing dan mual-mual.
Semuanya masih belum jelas dan Kinan berharap dalam doanya jika dia tidak hamil. Bagaimana nasibnya kedepan kalau ternyata benar-benar hamil? Apalagi Kinan tidak kenal dengan pria asing itu. Kinan juga menganggap jika hubungan semalam itu sebagai simbiosis mutualisme. Kinan menerima tawaran pria itu karena dia butuh uang banyak dan pria itu bisa saja menganggapnya hanya wanita malam.
Jadi, tidak mungkin Kinan akan meminta pertanggung jawaban jika dia benar-benar hamil. Ah, kenapa dia juga ceroboh sekali, seharusnya setelah melakukan hubungan seksual itu Kinan segera minum obat pencegah kehamilan.
Namun, Kinan kan juga tidak tahu tentang hal itu, dia bukan wanita yang sudah berpengalaman dalam hubungan one night stand, kini nasibnya akan dipertaruhkan. Jika memang benar-benar hamil, dia akan membesarkan anaknya. Entah bagaimana dia akan memberitahu ibunya, yang pasti Kinan tidak akan bisa membohongi sang ibu. Dia juga tidak akan pernah meninggalkan ibunya sendiri hanya untuk menutupi kehamilannya.
"Aku pasrah jika sudah takdirnya, bagaimanapun juga semua ini salahku!"
Saat ini rasanya tubuhnya semakin lemah. Matanya berkunang-kunang dan dia tidak bisa fokus ke jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil di depannya. Kinan terkejut dan mencoba membanting setir motornya ke samping kiri, tetapi sudah terlambat. Motornya menabrak bagian depan mobil itu dan membuatnya terpental sedikit jauh. Kinan terjatuh dan kakinya tertimpa motor.
"Aarrggkk!"
Kinan merasa tubuhnya sakit semua, yang paling parah kepala dan perutnya. Rasanya sakit sekali. Tiba-tiba pandangannya menggelap saat mendengar suara laki-laki berjalan mendekatinya.
***
Valen dan sekretarisnya akan meeting dengan klien di salah satu hotel, tetapi saat di perjalanan, mobil yang dikendarai Sekretarisnya menabrak pengendara motor.
Valen langsung turun untuk melihat keadaan korban. "Mar, kamu gimana sih? Kok bisa nabrak motor dari arah lain?" seru Valen.
"Maaf Bos, motor itu yang salah, dia berkendara terlalu nengah dan itu pun tiba-tiba, nggak sempat nge-rem tadi," jawab Damar takut.
Valen bergegas memeriksa keadaan korban, saat melihat wajahnya, Valen terkejut. Wanita yang dia tabrak adalah wanita yang malam itu tidur dengannya. "Kinan?"
"Bos, tolong angkat dia, aku akan ngurus motornya," ujar Damar mengangkat motor yang menimpa kaki Kinan.
Valen langsung mengangguk dan memeriksa keadaan Kinan kemudian menggendongnya. Valen bergegas membawa Kinan ke dalam mobilnya. Dia melihat ada noda darah di rok Kinan yang berwarna peach terang dan tentu saja hal itu membuat Valen semakin panik.
"Damar!! Buruan! Kita harus bawa dia ke rumah sakit!" seru Valen.
Damar langsung berlari masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Kedua pria itu gelisah karena Kinan ternyata sudah tidak sadar.
"Buruan, Mar! Jangan sampai kita terlambat!" seru Valen. Dia memangku Kinan dengan tubuh bergetar ketakutan. Takut jika terjadi sesuatu dengan wanita itu.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Valen membawa Kinan ke UGD untuk mendapatkan pertolongan pertama. Dia hanya bisa menunggu diluar dengan gelisah.
"Bos, Pak Indra sudah telepon, dia sudah nunggu kita," ujar Damar.
Valen baru ingat jika dia akan bertemu dengan Indra Lesmana, pertemuan kali ini akan membahas kerja sama yang sangat krusial.
"Kamu bisa mewakili, kan?"
Damar mengangguk, dia sudah terbiasa menggantikan Valen dalam hal ini. "Oke bos, aku langsung otw sekarang, bos di sini dulu nunggu wanita tadi."
"Iya, ya udah, kamu pergi sekarang." Damar langsung pergi meninggalkan Valen. Di saat yang bersamaan pintu ruang UGD terbuka.
"Keluarga pasien!"
"Saya, dok!" Valen langsung mendekat. "Bagaimana keadaannya?"
"Pasien mengalami benturan cukup kuat, tapi keadaannya sudah stabil. Hanya saja, dia mengalami pendarahan, untungnya kandungannya tidak apa-apa, masih kuat dan hanya syok saja."
"Kandungan?"
"Betul, pasien sedang hamil muda. Tuhan masih memberikan keajaiban karena janinnya begitu kuat, dia bisa bertahan dan sekarang keadaan sudah sangat stabil. Namun harus rawat inap untuk pemulihan, silahkan isi data dan administrasi agar kami bisa segera memindahkan ke ruang perawatan," ujar sang dokter.
Valen masih blank, hatinya tiba-tiba merasa tidak nyaman. Kinan hamil? Apakah wanita itu hamil anaknya? Bukankah mereka melakukan itu kira-kira sebulan yang lalu?
"Dok, berapa usia kandungan Kinan?" tanya Valen memastikan.
"Usia kandungannya lima Minggu."
Deg!
"Tidak mungkin?" batin Valen lemas. Jadi usia kandungannya dan rentang waktu dia berhubungan intim dengan Kinan sangat pas.
"Itu pasti anakku!"
Bersambung.