Cantika berbaring bersandar di atas ranjang, tubuhnya sudah terasa lebih ringan dibanding kemarin malam. Demamnya turun. Selang infus masih menancap di tangan, tapi ia sudah mampu duduk dan membuka ponsel. Tablet kerja ada di pangkuannya, terbuka pada laman spreadsheet HorizonOne. Tapi fokusnya berpindah ketika layar ponsel berkedip. Ezra: Udah kelar. Dan kamu enggak perlu khawatir. Mereka takluk. 😎 Cantika menatap layar itu lama. Mulutnya mengerucut kecil, seperti hendak tersenyum tapi ditahan. Tangannya bergerak lambat mengetik balasan Cantika : Kamu ngapain bikin aku enggak relevan sih? Pesan itu terkirim. Ezra belum membalas, dan entah kenapa Cantika lega. Lalu, notifikasi baru muncul. Ezra: Hah? Aku justru bikin kamu makin keren. Mereka nanya kamu, aku puji kamu setengah mati.

