Tidak butuh waktu lama bagi Rendra untuk menemukan keberadaan Ratu, Rendra menghentikan mobilnya persis di depan Ratu yang terlihat berantakan dan juga ketakutan. Rendra membuka jaketnya saat melihat pakaian Ratu terlihat berantakan.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rendra. Ia sengaja menjauh agar Ratu tidak marah atau membentaknya. Ratu mengangkat wajahnya dan menatap Rendra dengan tatapan sendu, tatapan iba agar Rendra luluh dan jatuh dalam perangkapnya.
Tanpa banyak basa basi Ratu langsung menghambur ke dalam pelukan Rendra. Memeluk Rendra untuk pertama kalinya, Ratu mencoba menahan napas dan reaksi tubuhnya agar rencananya berjalan lancar.
"Aku harus kuat ... ini hanya rencana awal, sebaiknya aku bersikap normal agar dia tidak sadar kalau pelukan ini hanya sandiwara," ujar Ratu dalam hati.
Rendra kehilangan kata-kata saat Ratu memeluknya dengan sangat erat. Reaksinya benar-benar sulit diterka, seharusnya Rendra langsung membalas pelukan Ratu dan berusaha menenangkan Ratu tapi kali ini ia lebih memilih diam.
"Ka ... kamu ke ... kenapa?" tanya Rendra dengan terbata-bata. Peluh mulai membasahi pipinya.
"s**t! Seharusnya dia membalas pelukanku. Kenapa dia malah diam. Sial! Sepertinya rencana ini akan berjalan sedikit alot, baiklah. Kita lihat sampai kapan kamu bertahan, aku yakin sekali b******n akan tetap b******n," oceh Ratu dalam hatinya.
"Me ... mereka jahat, mereka mencoba menyakiti aku. Aku takut ... ya Tuhan! Mereka menyentuhku, merobek bajuku. Aku jijik! Astaga, dua kali ... dua kali aku harus mengalami kejadian memalukan. Rasanya aku mau mati! Aku mau mati saja!" Ratu semakin histeris.
Amarah membuat Rendra mengepalkan tangannya, Rendra mencoba menutupi tubuh Ratu dengan jaketnya. Ia lalu membantu Ratu berdiri dan membawanya ke dalam mobil.
"Aku akan antar kamu pulang."
Ratu menggeleng dan memegang tangan Rendra, "Aku nggak mau pulang, Mama dan Papa bisa pingsan melihat kondisiku seperti ini. Aku nggak mau pulang ... lebih baik kamu antar aku ke hotel atau ke mana saja asal tidak pulang."
Rendra membuang napasnya, kondisi Ratu memang tidak memungkinkan untuk pulang tapi Rendra tidak bisa membiarkan Ratu tinggal di hotel sendirian.
"Kenapa kali ini aku tidak bisa membaca isi hatinya? Entah apa lagi rencananya tapi aku yakin kali ini Ratu benar-benar membutuhkan aku. Lebih baik aku membawanya ke apartemen dan setelah kondisinya lebih baik, baru aku antar dia pulang."
"Sebaiknya kamu ke apartemenku, hotel tidak aman untuk wanita seperti kamu. Aku janji tidak akan melakukan hal bodoh lagi, jadi kamu tidak perlu takut," ajak Rendra.
"Yes! Ini yang aku tunggu, tapi aku tidak boleh langsung menerima ajakannya. Dia bisa curiga dan tahu rencanaku. Lebih baik aku menolaknya dan aku yakin dia akan memaksaku,"
Ratu membuka jaket Rendra dan mengembalikannya, ia menatap Rendra dengan tatapan panjang.
"Kamu pikir aku mau? Lebih baik aku tidur di emperan daripada ikut ke apartemen kamu," balas Ratu dengan nada kasar.
"Astaga! Kenapa aku malah marah, bisa-bisa dia membatalkan niatnya."
"Maaf, aku lupa kalau kamu membenciku. Lebih baik aku mengantar kamu pulang," balas Rendra lagi.
Ratu menggigit bibirnya, buat apa ia susah-susah melakukan ini semua kalau akhirnya ia tidak bisa ke apartemen Rendra. Ratu mencoba mencari akal dan sialnya hingga mobil mulai jalan rencana itu tak kunjung muncul di otaknya.
Drttt drttt
Ratu melihat nama Hana di layar ponselnya.
"Halo, Ma."
"Kamu di mana? Mama lupa jemput Ayunda di sekolahnya, kamu bisa jemput dia?"
"Aku nggak mau,"
"Kami sekarang lagi di jalan mau ke bandara. Papa ada pertemuan mendadak di Jepang. Ya sudah, kami semua ikut Papa sekalian liburan."
"Tu ... nggu dulu, kami? Maksud Mama?"
"Mama, Papa dan adik-adik kamu,"
"Terus aku dan Ayunda? Mama sengaja ya ninggalin aku dan dia? Aku nggak mau! Aku nggak mau! Pokoknya Mama jemput dia atau biarkan dia sendirian di sekolahnya."
Rendra langsung menginjak rem mobilnya saat mendengar ucapan Ratu.
"Kamu tega?"
"Mama yang tega! Pokoknya aku nggak mau tinggal berdua dengan dia!"
Ratu membuang ponselnya dan mengacak-acak rambutnya.
"Sial! Semua rencanaku bisa gagal kalau anak itu ada, ya ampun!"
"Aku yang akan jaga Ayunda, aku akan merawatnya sampai kedua orangtua kamu pulang. Kasih tau di mana sekolahnya?" ucapan Rendra membuat Ratu sadar kalau Rendra mendengar semua perbincangannya.
Ratu kehilangan kata-kata dan memilih diam, ia tidak menjawab pertanyaan Rendra karena iatidak tahu di mana sekolah Ayunda, bahkan ia tidak tahu nama sekolah Ayunda.
"Di mana sekolah Ayunda?" tanya Rendra.
"Aku nggak tau."
"Kamu nggak tau di mana sekolah anak kamu?"
"Aku nggak tau! Kalo kamu mau tau silakan tanya sendiri ke Mama!" Ratu mengambil ponselnya dan menyerahkan ponsel itu ke tangan Rendra.
Rendra membuang napasnya dan mencoba menghubungi Hana. Rendra sengaja turun dari mobil agar Ratu tidak mendengar pembicaraannya dengan Hana.
"Saya akan jaga Ayunda sampai Ibu dan Bapak kembali."
"Maaf nak Rendra, kami sengaja melakukan ini agar kalian bisa berkumpul. Ratu semakin bersikap aneh, dia semakin sulit menerima Ayunda dan itu tidak bisa dibiarkan. Ayunda butuh kasih sayang ibu dan juga ayahnya. Kami harap kamu bisa membuat Ratu menerima Ayunda sebelum kami kembali,"
"Baiklah, Ibu jangan kuatir."
****
"Ya Tuhan! Kenapa jadi kacau seperti ini? Kenapa aku malah terjebak dan harus tinggal satu apartemen dengan dia! Siallllll!" gerutu Ratu sambil mondar mandir dan tak lupa ia menggigit kukunya saat rasa panik mulai menyerangnya.
Ratu perlahan-lahan membuka pintu kamarnya dan ia melihat Rendra sedang tertawa tanpa beban bersama Ayunda. Mereka terlihat dekat dan seperti sudah saling mengenal. Tak jarang Ayunda ikut tertawa saat Rendra melemparkan candaan atau melakukan hal yang menurutnya lucu.
Saat Ratu dan Rendra datang menjemputnya, mungkin hanya Rendra yang diajak Ayunda bicara. Ayunda terlihat menjauh dari Ratu dan enggan menyapanya. Ayunda takut ditolak lagi dan itu membuatnya sedih, jadi Ayunda memilih untuk diam.
"Ini semua gara-gara Mama, kenapa sih mereka tega ninggalin aku dan Ayunda sendirian sedangkan mereka asyik liburan. Satu bulan tinggal di sini? Bersama b******n itu dan anaknya? Sepertinya aku akan mati muda, aku nggak mau tinggal seatap dengan dia! Aku juga nggak mau dia dekat-dekat dengan Ayunda, dan aku juga nggak suka melihat mereka akrab seperti itu! Ayunda harus membenci Rendra! Mereka nggak boleh dekat, mereka nggak boleh bahagia sedangkan aku di sini menahan rasa kesal," gerutu Ratu.
Ratu kembali menutup pintu kamarnya dan tak lupa ia mengunci pintu itu agar Rendra tidak mencoba masuk ke kamarnya dan melakukan hal seperti dulu lagi. Ratu bergelung dalam selimut dan mencoba menutup matanya.
Tok tok tok
Ratu terhenyak dan langsung berdiri, ia mencari alat yang bisa ia gunakan jika Rendra berani masuk ke kamarnya. Ia menemukan kayu kecil, walau ia sadar kayu itu tidak akan menolongnya.
"Kak, makan yuk. Om Rendra udah masak nasi goreng untuk kita," suara imut Ayunda membuat Ratu meletakkan kembali kayu itu dan kembali bergelung di dalam selimut.
"Aku ngantuk," balas Ratu dengan nada jutek.
Tidak ada sahutan atau panggilan lagi dari Ayunda, Ayunda pun menyerah dan kembali menghampiri Rendra yang sudah menunggunya di meja makan.
"Kak Ratu nggak mau makan sama kita. Lagi-lagi dia nolak aku," ujarnya dengan kecewa. Rendra yang tidak sanggup melihat kekecewaan di mata Ayunda langsung berdiri dan mengacak rambut Ayunda pelan.
"Om akan ajak kakak kamu makan bareng sama kita, tunggu ya."
Tok tok tok
"Aku ngantuk!" teriak Ratu dengan kesal.
"Ratu, bisa kita bicara sebentar?" suara Rendra membuat Ratu bergegas bangun dari tidurnya, ia merapikan penampilannya, bajunya yang tadi berantakan sudah digantinya walau harus memakai kaos milik Rendra yang sedikit kebesaran.
"Bisa, sebentar." Ratu membuka pintu dan tanpa basa basi Rendra langsung masuk dan menutup pintu kamar.
"Ap ... Apa yang ..." Ratu mundur beberapa langkah. Bayangan itu kembali muncul saat ia berada satu kamar lagi dengan Rendra. Peluh mulai membasahi pipinya.
"Tolong, kali ini jangan kecewakan Ayunda. Aku minta malam ini kita bersikap selayaknya orangtua. Aku mau kita makan bertiga dan memberi kenangan untuk Ayunda kalau dia pernah merasakan makan malam dengan kedua orangtuanya. Jadi, saat ini semua berakhir dia punya kenangan indah tentang aku dan kamu," pinta Rendra.
"Aku ..." sebelum Ratu menolak, Rendra langsung memegang tangan Ratu dan menariknya keluar lalu membawanya ke meja makan.
Wajah Ayunda berbinar dan menarik kursi yang ada di sebelahnya.
"Ayo Kak, kita makan sama-sama," ajak Ayunda.
Dengan terpaksa Ratu duduk di samping Ayunda. Rendra tersenyum dan menyerahkan sepiring nasi goreng untuk Ratu.
"Kamu mau disuapin kak Ratu?" tanya Rendra. Ayunda langsung mengangguk tapi tak lama ia menggeleng pelan.
"Nggak Om, aku suap sendiri aja."
"Kamu nggak mau suapin dia? Kapan lagi. Ya kan?" ujar Rendra.
"Aku ... nggak ..." Rendra menyerahkan sendok ke tangan Ratu sebelum Ratu menolak lagi.
"Ayo suapin," suruh Rendra dan entah kenapa lidah Ratu terasa kelu untuk menolak. Ratu menatap Ayunda dan akhirnya untuk pertama kali ya ia melakukan pekerjaan yang seharusnya ia lakukan sejak dulu.
****