Bab 31

1502 Kata

Celine duduk di ruang tengah rumah besar itu. Jam dinding sudah menunjukkan lewat tengah malam, tetapi matanya sulit terpejam. Kopi pahit di cangkirnya menjadi teman setia, meskipun ia tahu minum kafein larut malam hanya akan membuat pikirannya semakin berkelana. Ia menghela napas panjang, menatap kosong ke arah jendela yang terbuka separuh. Angin malam masuk membawa dingin, tapi pikirannya terasa lebih panas dari api. Ia masih ingat jelas bagaimana Frans tadi sore menyeretnya masuk ke rumah, mengunci pintu, seakan dirinya bukan manusia yang punya hak menentukan hidup. Celine merasa terhina. Lelaki itu tidak mencintainya, tidak pernah sekalipun mengucapkan kata manis, tapi mengapa Frans begitu keras melarangnya? Apa salahnya ia bercanda dengan teman lelaki? Apa salahnya ia tersenyum, tert

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN