Sudah seminggu Celine dirawat di rumah sakit. Waktu berjalan lambat baginya, seakan setiap detik adalah siksaan. Pada hari pertama setelah kecelakaan, Frans memang datang, berdiri kaku di tepi ranjangnya, dengan wajah penuh amarah yang disembunyikan di balik nada datar. Namun setelah itu, tak sekalipun Frans muncul lagi. Yang datang hanyalah suster, dokter, atau Jay yang sesekali masuk hanya untuk memastikan adiknya makan dan minum obat. Celine menghela napas kasar sambil menatap langit-langit kamar VIP itu. Air matanya mengalir, membasahi pelipisnya. Pertanyaan itu terus menggerogoti kepalanya: apakah Frans benar-benar tidak bisa mencintai dirinya? Apakah semua usahanya, semua pengorbanannya, hanya sia-sia belaka? Pintu kamar terbuka pelan. Jay masuk dengan membawa sekotak makanan. Waja