Celine berdiri di pantry dapur rumah besar itu, rambutnya dikuncir setengah dengan beberapa helai jatuh di sisi pipinya. Matanya berbinar penuh niat nakal. Di hadapannya, mesin kopi mewah sudah mulai mengeluarkan aroma harum kopi hitam yang pekat. Di meja kecil di depannya, sebuah botol kecil berwarna bening tergeletak. Cairan di dalamnya tidak berwarna, tapi Celine tahu persis apa isinya—obat perangsang yang ia beli diam-diam beberapa hari lalu. “Kalau kamu nggak mau sentuh aku dengan sukarela, Frans Devaron…” gumamnya sambil tersenyum licik, “…aku punya cara biar kamu nggak bisa nolak lagi.” Dia membuka tutup botol itu perlahan, memastikan tak ada suara yang terdengar. Dengan hati-hati, ia menuangkan beberapa tetes ke dalam cangkir kopi yang sudah dia siapkan khusus untuk Frans. Aroma