Sinar matahari menembus tirai tebal kamar hotel, menyentuh wajah Celine yang masih terlelap. Perlahan, kelopak matanya terbuka, dan detik berikutnya dia mengerang pelan. Tangannya mengusap wajah, lalu menyapu rambutnya yang sekarang berantakan luar biasa. Helai-helainya berdiri ke segala arah, membuatnya benar-benar seperti singa betina yang baru bangun dari tidur panjang. Dia bangkit dengan gerakan malas, duduk di tepi ranjang, lalu meraih cermin kecil di meja samping tempat tidur. Bibirnya mencebik ketika melihat pantulan dirinya. “Astaga… aku terlihat seperti habis bertengkar dengan angin topan,” gumamnya, tapi alih-alih memperbaiki, dia justru tersenyum puas. Celine tidak punya niat sedikit pun untuk pulang ke rumah hari ini. Apalagi menghadapi Frans yang selalu sibuk dan dingin sepe