Alana datang lagi ke perusahaan Frans, langkahnya anggun dengan gaun formal sederhana namun tetap memancarkan wibawa dan pesona yang membuat banyak karyawan wanita memandang iri. Sepatu hak tingginya mengetuk lantai dengan ritme mantap, menunjukkan kepercayaan diri yang tak bisa ditandingi oleh siapa pun. Senyum tipisnya terukir di bibir ketika sampai masuk ke dalam perusahaan, dan tatapan matanya langsung menyapu ruangan sebelum berhenti pada meja sekretaris Frans. Celine yang duduk di kursi sekretaris sudah menegakkan tubuhnya dengan penuh kewaspadaan. Jari-jarinya berhenti mengetik di keyboard, pandangan matanya sinis menatap sosok Alana yang datang lagi. Dalam hatinya, Celine merasa tercekik, seakan kehadiran Alana adalah ancaman yang nyata. Ia tahu Frans memiliki kedekatan khusus den