Ruang meeting lantai 15 itu sunyi, hanya terdengar suara pendingin ruangan dan dentingan gelas kopi yang diletakkan di meja. Frans duduk di ujung meja panjang, jas hitamnya rapi, wajahnya serius. Di seberang, dua orang klien penting duduk sambil membuka dokumen proposal. Namun fokus Frans bukan sepenuhnya ke dokumen di depannya. Pandangannya terus saja, tanpa mau, melirik ke kursi paling ujung… tempat Celine duduk. Wanita itu tampak santai sekali, tidak peduli suasana formal. Satu tangan menopang dagu, tangan lain sibuk memutar-mutar ujung rambut panjangnya. Sesekali ia menguap kecil, lalu mengedarkan pandangan, bahkan tersenyum pada salah satu klien—yang tentu saja membuat Frans mengetatkan rahang. Celine… aku bersumpah, kamu cari gara-gara di saat yang salah, pikir Frans sambil menari