Celine berdiri di depan cermin kamarnya, menatap wajahnya yang pucat dengan mata sembab. Semalam ia tidak bisa tidur, kata-kata Frans yang menusuk hatinya masih terngiang jelas. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang ingin kembali jatuh. Siang harinya, saat Celine turun ke ruang makan, ia mendapati Frans sudah duduk santai bersama Alana. Perempuan itu tertawa renyah, bahkan tanpa sungkan menyentuh lengan Frans. Sementara Frans sendiri terlihat begitu nyaman, bahkan sampai lupa bahwa istrinya sedang berdiri di ujung meja menatapnya dengan pandangan yang penuh amarah. “Frans…” suara Celine pelan, bergetar menahan emosi. Namun Frans hanya menoleh sekilas, kemudian kembali menatap Alana sambil tersenyum tipis. “Kamu sudah makan? Kalau belum, suruh pelayan siapkan saja. Aku la