Celine berdiri di depan pintu rumah dengan wajah merona merah, mengenakan blazer krem yang sudah dipadukan dengan rok pensil hitam rapi. Sepatunya berhak sedang terdengar jelas menghentak lantai marmer ketika dia berjalan bolak-balik menunggu Frans keluar kamar. Namun begitu Frans turun, pria itu hanya menatapnya sekilas lalu merapikan jas hitamnya. "Ayo, kita berangkat," ucap Celine sambil tersenyum tipis, berusaha tetap terlihat tenang meski hatinya penuh dengan rasa kesal sejak malam kemarin. Frans menghela napas, menatap jam tangannya, lalu menggeleng pelan. "Kamu berangkat sendiri saja, Cel. Aku ada urusan duluan. Jangan tunggu aku." Celine membelalak. "Apa maksudmu? Kita biasanya berangkat bersama. Kenapa sekarang kau menolakku lagi?" Frans langsung berjalan ke arah pintu, tidak