Dante setuju. Setelah menyuruh Jena duduk di sofa, ia sempat mengambil sebotol air dingin untuknya. Lalu masuk ke kamar, dan keluar dengan sebuah laptop yang ditenteng. “Sudah siap?” tanyanya menatap Jena sekilas sambil menyalakan laptop. Jena mengangguk. Terlihat yakin dan percaya diri, tapi percayalah, perasaannya tidak demikian. Resah yang bercampur dengan ketakutan sukses membuat hati dan pikirannya kacau. Namun Jena semakin pintar mengatur perasaannya sekarang. Hanya beberapa detik setelah ia menghela napas dalam-dalam, perasaannya mulai stabil. Dante yang melihat wajah Jena tak se-tegang sebelumnya lantas menarik garis bibirnya ke atas. Setelah mengacak beberapa file dokumen dan memilih salah satu, sebuah rekaman suara mulai terputar. “Cuma ada 2 cara jika ingin rumah itu terj