Masih di hari yang sama. Setelah berbicara dengan Tuan Steve, Jena terlihat duduk diam di atas sofa. Matanya fokus menatap layar laptop, mengamati pergerakan Abi dan Indira dari kamera pengawas serta alat penyadap. Bayang-bayang kegagalan yang terus berputar di kepala, membuatnya cemas. Fakta jika dirinya gusar tercetak jelas di wajahnya. Jena masih belum merasa lega, sebelum memastikan, jika langkahnya menjebak Abi dengan pasal berlapis berjalan dengan mulus. “Tidur, Jen! Biar aku yang mantau.” Dante membujuk. Entah sudah berapa kali bujukan seperti ini keluar dari mulutnya. Dan Jena, lagi-lagi menolaknya. “Nggak perlu, biar aku aja.” Sudah kekeh seperti itu, Dante jadi tak berdaya. Mau dipaksa seperti apa, wanita itu tidak akan beranjak sedikitpun. Apalagi, Dante melihat dengan matan