Hari sudah menjelang sore, tapi Dante sama sekali tidak keluar dari kamar setelah menghubungi Elena. Entah apa yang pria itu lakukan di dalam sana, mungkin merenung. Zane dan Jena juga tidak mengetuk pintu atau memanggilnya, bahkan saat makan siang sekali pun. Malahan, dua manusia itu sibuk membahas rencana balas dendam. “... dalam persidangan, aku mau kasih mereka pukulan terakhir,” ucap Jena dengan kilat membara di matanya. Zane yang sejak tadi mendengarkan sambil menyandarkan kepalanya ke sofa langsung mangut-mangut. “Ide mu bagus, tapi beresiko,” jawab Zane singkat. “Aku tahu, tapi gak ada cara lain yang terpikir di otakku. Aku juga perlu ngumpulin bukti.” “Pakai orang saja, kenapa repot-repot turun tangan? Dia gak kasih kamu?” Hela napas kasar pun lolos dari bibirnya. Kilat mem