“Ah, sial!” Umpatan langsung keluar begitu Jena terbangun keesokan harinya, tentu karena sadar dia sudah pindah ke kamar, padahal semalam hanya menutup mata sebentar di sofa. kesempatannya mengobrol dengan Dante tadi malam jadi lenyap seketika. Entah, apakah dia bisa membicarakan pagi ini atau tidak. Buru-buru beranjak bangun, dia segera keluar dari kamar. Manik matanya mengedar sejenak, memastikan keberadaan pria itu. Sampai akhirnya, ekor matanya menangkap sepatu kerja Dante masih ada di rak. “Huh, untung, untung saja dia belum pergi.” Jena berdiri di depan pintu kamar, mengambil napas dalam-dalam sambil membulatkan tekadnya berkali kali. Lalu mengetuk daun pintu perlahan, sayangnya, si empunya belum tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. “Dan, keluar sebentar dong.” Hening, tid