“Duh, Pak Edgara kok jam segini belum pulang? Padahal dia nggak ada kelas sore,” gumam Carisa pelan sambil mondar-mandir di ruang tamu. Langkah kaki Carisa tak tenang, tangan kanannya terus menggenggam ponsel, sementara ibu mertuanya, Asih, yang sedang duduk di sofa menjadi ikut tegang dan gelisah keran melihatnya. “Coba telepon lagi, Car!” perintah Asih pelan. “Udah, Buk. Aku udah telepon berkali-kali. Tapi nomornya nggak aktif ... entah baterainya lowbat, atau mungkin lagi hpnya nggak ada sinyal karena emang suka di mode pesawat kalau lagi ngajar. Aku nggak tahu,” jawab Carisa, napas terasa semakin sesak oleh kekhawatiran yang terus membesar di dadanya. Langit di luar jendela telah gelap. Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul delapan malam. Perasaan cemas semakin menyesakkan d*