"Bismillahirahmanirrahim. Aku pasti bisa! Demi Carisa." Edgara menghela napas dalam-dalam saat kedua kakinya menyentuh lantai dingin ruang fisioterapi. Pundak kanannya masih digips dan digendong dengan sling penyangga khusus, membatasi pergerakan tangan dan bahu di sisi itu. "Pelan-pelan, Pak!" Perawat pria berdiri di sisi kiri, menopang tubuhnya dengan satu tangan di pinggang Edgara dan satu lagi menahan siku. "Semangat, Sayang." Carisa berdiri tak jauh dari matras terapi, di sebelah dinding yang dipenuhi cermin dan alat bantu latihan. "Hati-hati, Pak!" Kedua tangan Carisa terkepal di depan d**a, seolah menahan degup jantung yang terlalu cepat, dan pandangannya terpaku penuh waspada dan haru, melihat sang suami bersiap mengambil langkah pertama pasca kecelakaan. Dokter fisioterapi,