Sementara itu, di rumah sederhana yang ditinggalkan Edgara, Carisa duduk di ruang tamu. Lampu emergency kecil menyala di atas meja, menerangi wajahnya yang gelisah. Matanya menatap layar ponsel, sesekali membuka aplikasi chatting, tapi tak ada pesan baru dari Edgara. Hati Carisa mulai merasa tak tenang. Dia memang sudah ikhlas mengizinkan suaminya pergi, tapi tetap saja, perasaannya tak enak sejak tadi. Wanita muda itu melirik ke arah kamar, tapi dia tak berniat masuk. Entah kenapa, malam ini kamar itu terasa terlalu sunyi dan membuatnya semakin cemas dan takut. Lebih baik dia menunggu kepulangan suaminya di ruang tamu saja, pikirnya sambil terus bermain ponsel untuk mengalihkan perhatian. Namun, tiba-tiba saja terdengar ketukan di pintu karena di rumah itu tidak ada bell. Carisa reflek