Keresahan Keluarga

1106 Kata
Suasana ballroom hotel mewah itu tamoak meriah, para tamu undangan dengan riang gembira menikmati alunan musik klasik sambil bersenda gurau dengan rekan atau kolega yang kebetulan bersua di pesta itu. Sambil menikmati hidangan mewah dan mahal yang disajikan, ditemani segelas sampanye dan minuman lainnya. Tak ada yang sadar akan situasi genting yang sedang berlangsung di lorong dan kamar hotel yang menjadi ruang ganti pengantin. “Nona, tolong jangan menangis lagi, riasannya jadi kacau nanti!” pinta penata rias dengan nada memelas seperti hendak menangis. Takut akan kemarahan Jayden karena gagal merias pengantinnya. Zakiyah malah semakn kencang menangis, merasa tak ada seorangpun yang iba akan nasibnya. Siapa yang menyangka jika dirinya malah akan jadi pengantin pengganti dari tantenya sendiri. Di samping kesal pada Siera yang secara tidak langsung sudah membuatnya terlibat menjadi tawanan, dia juga benci dan marah pada Jayden. “Aku juga takut, kenapa aku yang jadi tumbal di sini!” tangisnya tersedu-sedu. Para penata rias itu terdiam, mereka bisa mengerti dengan ketakutan dan kegelisahan Zakiyah, tapi nasib karir dan pekerjaan mereka juga dipertaruhkan. Jayden yang terkenal dingin dan kejam tidak akan segan menghancurkan bisnis tata rias mereka hanya dalam sekali tunjuk. Seorang wanita cantik yang merupakan ketua dari tim itu, maju mendekati Zakiyah dan berlutut di dekatnya. Dengan lembut dia mengusap pipi dan menyeka air mata di wajah gadis itu. “Maafkan kami, Sayang, tapi kami juga tak punya pilihan. Kamu tahu Tuan Jayden bisa melakukan apa saja, dan tentu dia juga tak mau melakukan ini selain hanya untuk menyelamatkan reputasinya, yang dirusak oleh aunty-mu,” tuturnya, terdengar bijak namun Zakiyah merasa jika di sini dia tetap disalahkan atas kelakuan Siera. “Kami mohon belas kasihmu, pekerjaan kami dipertaruhkan di sini dan mereka memiliki keluarga yang menggantungkan harapan pada kami ini, Nona!” Zakiyah, terdiam dengan hati sakit. Jelas orang-orang ini pun hanya memikirkan diri sendiri. Sama sekali tak peduli pada nasibnya yang harus menjadi pengantin calon suami tantenya sendiri. Setelah ini, dia bersumpah akan menuntut cerai pada Jayden dan mencari Siera untuk melampiaskan kemarahannya, karena semua ini adalah karena perbuatannya yang kabur begitu saja. Melihat Zakiyah terdiam membeku tak menahan tangisnya, penata rias itu memberi isyarat pada timnya untuk melanjutkan pekerjaan mereka. “Gunakan riasan yang waterproof, kita harus menjaga riasannya selama acara dan membuatnya tetap cantik di mata para tamu undangan!” perintahnya memberi instruksi, dia lalu kembali menatap Zakiyah dengan tatapan iba dan penuh dengan rasa terima kasih. Sebentar dia mengangguk hormat pada Zakiyah sebelum bergabung dengan kesibukan timnya. Di luar, para tamu mulai menyadari akan durasi waktu yang terus bergulir, namun inti dari pesta itu masih belum dimulai. Mereka mulai saling bertanya-tanya, termasuk Daylon dan Zalikha yang sudah duduk menunggu dan berbincang dengan para tamu lainnya. “Ke mana mereka? Kenapa belum dimulai juga?” bisik Daylon. Zalikha pun hanya bisa menggeleng samar, sambil tetap mempertahankan senyumnya di hadapan para tamu. “Mungkin kamu bisa coba hubungi Jayden, Mas!” katanya pelan memberi saran. Jayne yang juga turut serta duduk bersama mereka pun bisa menangkap kebingungan di wajah orang tuanya, dia juga bisa mendengar bisik-bisik para tamu lainnya. “Biar aku periksa mereka!” tukasnya seraya beranjak. “Ah, ya, Sayang!” ucap Zalikha tersenyum lega, sejenak menyentuh tangan Jayne yang hinggap di bahunya begitu dia berjalan melewatinya. Jayne berjalan melewati para tamu, sosoknya yang tinggi semampai dengan wajah cantik beraura dingin mampu menghipnotis pandangan, membuat mereka teralihkan dari pertanyaan tentang acara yang mereka tunggu. “Sebaiknya dia punya penjelasan untuk ini!” dengus Jayne, dia menangkap ada hal mencurigakan dari pernikahan saudara kembarnya itu. Langkahnya hampir mencapai pintu ketika dilihatnya Jayden muncul dengan gagah dan tampan, tuksedo hitam mahal yang membalut tubuh tingginya semakin menambah kharisma dan visualnya yang menawan hati setiap gadis, namun juga patah hati di waktu bersamaan mengingat jika hari ini lelaki itu akan segera menjadi suami orang. Jayne tersenyum lebar, namun matanya yang berhiaskan eyeliner ala cat eye itu menatap tajam pada Jayden. “Sebaiknya kamu jelaskan apa yang terjadi padaku, Jayden!” tukasnya seraya segera melingkarkan tanganya di lengan Jayden. Jayden tersenyum, dengan kilatan misterius di matanya. “Tetaplah tersenyum,” katanya pelan, sambil tersenyum manis seolah mereka sedang bercanda selayaknya kakak dan adik, Si Kembar Takizaki yang terkenal. “Apa?” ujar Jayne. Jayden menyentuh tangan Jayne di legannya. “Siera melarikan diri!” bisiknya, “kontrol ekspresimu, Jayne!” geramnya tertawa kecil, gemas melihat ekspresi saudari kembarnya. Siapa yang tidak terkejut dengan kabar itu, Jayne mengerjap dan berusaha tetap tersenyum lebar dan tertawa sambil memukul bahu Jayden. Tangannya pun meremas lengan Jayden dengan gemas. “Lalu, bagaimana kamu masih bisa membiarkan acaranya berlanjut?” tanyanya heran dan bingung, agak panik juga mengingat pesta ini dihadiri banyak relasi dan kolega keluarga besar mereka. “Aman. Aku akan jelaskan itu nanti!” jawab Jayden menyentuh pipi Jayne. “Sialan!” dengus Jayne kesal, dia paling tidak suka orang lain menyentuh wajahnya sembarangan dan Jayden pun tergelak karenanya, menutupi situasi genting yang sedang mereka jalani. “Ya, ya, tentu. Jelaskan padaku nanti, jangan sampai Papa dan Mama tahu!” ujar Jayne turut tertawa. Jayden tersnyum kesal. “Bagus, anak pintar!” katanya sambil mengangkat tangan hendak menyentuh puncak kepala Jayne. 'HAP!' Jayne menangkap tangan Jayden, yang sudah pasti berniat mengacak-acak tatanan rambutnya. “Aku pergi dulu, silakan lanjutkan perjalananmu dan tunggu pengantin di altar, Saudaraku!” katanya gemas. Jayne pun melepaskan Jayden, kembali menuju mejanya untuk bergabung dengan Daylon dan Zalikha. Ketika itu para tamu sudah berdiri, bersiap menunggu kedatangan pengantin wanita karena melihat Jayden yang sudah bersiap di altar. “Sayang,” Zalikha segera merangkul putri cantiknya itu untuk meminta kabar. Jayne segera menggelayut manja pada ibunya itu dan tersenyum. “Mereka sebentar lagi selesai, Mama tahu Jayden tentu ingin pengantinnya cantik dan sempurna, itu pasti membuat penata riasan kerepotan dalam mempersiapkannya!” tukasnya dengan nada seolah jengah pada kelakuan Jayden. Zalikha dan Daylon pun tersenyum mengiyakan, mereka juga tahu benar karakter keras dan perfeksionis putra mereka itu. “Semoga Siera tidak kesulitan menghadapi sifat Jayden itu. Ya, ‘kan, Sayang!” ujar Daylon seraya melirik pada Zalikha. Zalikha terkekeh seraya mengangguk mengiyakan. “Ya, sejauh ini dia yang paling lama bertahan bersama Jayden, Mas!” timpalnya. Jayne hanya terdiam seraya ikut tersenyum bingung mendengarnya, dalam hati bertanya-tanya siapa yang menjadi pengantin menggantikan Siera. Ketika alunan musik khas mengalun, semua orang memutus percakapan dan beralih menatap ke arah pintu besar ballroom yang sudah terbuka lebar. Sosok pengantin yang dinantikan akhirnya muncul, dengan gaun putih indah membentuk tubuh dan ekor kain halus bertabur permata menjuntai panjang di belakangnya. Kain veil menutupi kepala dan wajah Sang Pengantin namun tak bisa menyembunyikan pesona cantik yang ada di baliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN