Siera duduk di tepi ranjang rumah sakit. Sudah dua hari sejak ia mengalami pendarahan ringan. Dokter mengatakan kandungannya aman—untuk sekarang. Tapi itu hanya jika ia benar-benar beristirahat, tidak stres, dan tidak melakukan aktivitas berat. Tangannya menyentuh perutnya yang mulai membesar, lebih terlihat dibanding beberapa minggu lalu. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dinding kamar rawat. Rambut awut-awutan. Wajah pucat. Mata bengkak. Tapi perutnya … tetap bulat. Tetap menjual. 'Tok. Tok.' Pintu diketuk. Siera refleks menoleh. Seorang suster masuk, di belakangnya ada pria jangkung dengan jaket hitam yang sudah familiar—David. Suster memberi salam lalu keluar pelan, meninggalkan mereka berdua. “Pagi, Sier. Kamu udah kelihatan lebih segar.” Suara David terdengar terlalu ceria.