Jayden mengeratkan rahangnya, tanpa kata dia menyambar tangan Zakiyah lalu menariknya. Memaksa wanita itu untuk ikut dengannya. “Kita perlu bicara!” tukas Jayden dengan nada tegas tak mau dibantah. Zakiyah tak mau membuat drama lain, apalagi di luar kantor. Ada banyak orang yang terdiri dari para karyawan, menyaksikan adegan itu seperti scene dalam sebuah sinetron. Juga, dia tak mau melibatkan Zidane sedikitpun. “Kiya–” “Maaf, Pak, saya izin pergi sebentar!” tukasnya cepat seraya berjalan hampir terseok mengikuti Jayden, tersenyum memberi isyarat jika dia pasti baik-baik saja. Zidane pun hanya bisa berdiri melihatnya, tanpa tau harus berbuat apa. “Masuklah!” ucap Jayden meminta Zakiyah untuk masuk ke mobil. Suaranya terdengar lembut tanpa sedikitpun kemarahan, pegangan tangannya pun