Begitulah ia memperlakukan perempuan itu selama ini—sebagai sesuatu yang bisa ia simpan, kendalikan, pakai, dan akhirnya … dikuasai. Rasa frustrasi makin menggunung di dadanya. Ia bangkit dari kursi, menendang tong sampah yang isinya berserakan—bungkus rokok, tisu penuh bercak kopi, dan satu map merah yang terguling. Ia berjalan bolak-balik di ruangan, menendang karpet yang sudah usang. “Gue ngangkat lo dari dasar, Jalang ...,” gumamnya lirih, seperti sedang berbicara pada seseorang yang tak ada. “Gue kasih lo kerja. Gue lindungin dari tukang tagih. Gue bayar kontrakan lo. Gue yang ngajarin lo deal sama klien. Semua gue ....” Tapi sekarang, perempuan itu malah lari. Tanpa izin. Tanpa pamit. Dan yang lebih membuatnya terbakar—Siera mematikan ponselnya. Sudah dua belas jam tak aktif. I