Ingatan itu datang lagi. Tiga bulan lalu. Saat ia mencoba berhenti. Mengajukan lamaran kerja ke toko pakaian anak. Hanya jadi kasir. Tapi ketika pemilik toko menatap perutnya yang sudah membuncit, jawaban mereka sopan namun mematikan: “Maaf, kami cari yang bisa berdiri lama dan nggak sedang hamil.” Lalu ia kembali ke David. Kembali ke kamar hotel. Kembali ke peran yang dibayar mahal, tapi membusukkan dari dalam. “Mama janji, ini semua cuma sementara.” Ucapnya lagi, meski ia sendiri tak yakin. “Nanti ... kamu akan lahir, dan Mama akan pergi jauh. Kita mulai dari awal. Tanpa siapa-siapa. Tanpa David. Tanpa klien. Tanpa rasa jijik.” Perutnya kembali bergerak. Kali ini pelan, seperti gelombang lembut. Dan di tengah isak itu, Siera tertawa kecil. Aneh, nyaris histeris. Tapi ada sejumput k