Zakiyah sendiri akhirnya merasa lega, dia menyandarkan kepalanya di kursi dan memejamkan mata. Seharian ini emosi dan tenaganya terkuras, memikirkan sikap Zidane yang tiba-tiba berubah dingin terhadapnya, tak urung membuat hatinya terasa perih. “Apa salahku?” ucapnya bicara sendiri dengan nada gusar. Lelah dan kesal, tapi juga akhirnya dia hanya bisa menangis karenanya. Lalu, pada akhirnya ini semua membuatnya berpikir tentang perasaannya sendiri. “Kenapa aku sekesal ini?” lirihnya. Sadar jika perasaannya mungkin melewati batas, Zakiyah semakin terisak sendiri. Cepat dia menggeleng dan mengusap wajahnya, dia juga tak mau Ario curiga dan melaporkan ini pada Jayden. “Aku hanya lelah, Ario, jangan berpikir macam-macam!” ujarnya seraya melempar pandangan ke depan. Ario hanya mengangguk