Siera menunduk, matanya tajam menatap jemari Rayhan yang kini menggenggam tangannya pelan. Lelaki itu selalu terlihat tenang, terlalu tenang—seolah rumah reyot ini adalah istana. Dan mungkin bagi Rayhan, memang benar begitu. Tapi bagi Siera? Ini bukan rumah. Ini penjara. Penjara bagi wanita berambisi tinggi, berpenampilan anggun, yang terbiasa duduk di kafe rooftop dan menyantap salad alpukat dengan dressing lemon. Dan sekarang? Ia bahkan belum tahu bagaimana harus ke kamar mandi tanpa tersesat melewati kandang itik. Ia menarik tangannya perlahan, tanpa bicara. Rayhan tidak memaksanya kembali. Lelaki itu hanya diam, seolah mengerti bahwa tak semua kenyamanan bisa dipaksakan untuk diterima. Dari arah dapur, aroma teh manis mulai menyeruak—disusul langkah Rini yang kembali dengan nampan