Terminal Bus

1224 Kata

Hoodie abu-abu menutupi hampir seluruh wajahnya, dan rambut panjangnya diselipkan rapi ke dalam. Wajahnya nyaris tak terlihat, tapi mata itu—mata yang pernah menatap kamera dengan sorot sensual dan duka yang ditahan—sekarang penuh kehati-hatian. Jaket longgar menutupi bentuk tubuhnya, sementara celana hamil hitam yang kebesaran sedikit menyeret lantai. Tapi justru itu menyelamatkannya. Tak ada yang memperhatikannya. Ia bukan siapa-siapa di tempat ini. Bukan Siera sang model. Bukan Siera yang wajahnya terpampang di katalog rahasia. Bukan pula perempuan yang dicari seorang pria dengan segudang rekaman. Ia hanya perempuan biasa. Lelah. Lari. Dan ingin hidup. “Ke mana, Mbak?” tanya petugas tiket, laki-laki muda dengan suara masih serak mengantuk. Siera menyodorkan selembar uang. “Ke Tul

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN