Di Ujung Pintu, Ada Pengampunan.

1131 Kata

Dua hari berlalu sejak tangis pertama itu terdengar. Dua hari Siera menatap langit-langit kamar kecil di rumah warga yang menampungnya. Dua hari penuh luka, darah, dan s**u yang menggenangi baju tidurnya. Dan malam ketiga—ia tahu, ia tidak sanggup lagi. Tangannya gemetar saat mengasihi bayi mungilnya yang baru saja terbangun. Putrinya ... begitu kecil, begitu manis. Mirip Rayhan. Matanya tajam, hidung mungil, dan jari-jari mungilnya mencengkeram baju Siera seperti tak mau lepas. Tapi di sanubari Siera, rasa takut membengkak seperti gelombang pasang. “Bagaimana kalau dia tumbuh seperti aku?” “Bagaimana kalau suatu hari dia mencaci perempuan lain, menjual tubuhnya, hidup untuk uang?” “Bagaimana kalau ... aku gagal mendidiknya?” Air mata jatuh di pipi bayinya. Tapi si kecil tetap m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN