Sebuah Nama.

1239 Kata

Sudah dua hari sejak bayi mungil itu hadir di rumah panggung sederhana milik Ajeng. Rumah yang dulu Siera sebut kandang, kini menjadi tempat seorang malaikat kecil tertidur tenang, dibuai angin desa dan suara ayam di pagi hari. Rayhan tak pernah jauh dari putrinya. Sejak pagi hingga malam, ia menjaga, mengganti popok, mensterilkan botol s**u, bahkan menyanyikan lagu-lagu yang tak pernah ia hafal liriknya. Kadang saat tangisan kecil itu pecah di malam buta, Rayhan menggendong sambil menangis diam-diam. “Maaf ... Ibu kamu gak bisa jagain kamu.” “Tapi aku akan ... selamanya. Meski aku bukan ayah paling baik ... aku akan belajar.” Pagi itu, Ajeng menatap Rayhan yang sedang duduk di beranda, memangku si kecil yang baru tertidur setelah semalaman kolik ringan. Ajeng duduk di samping anak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN