42

1406 Kata

Senja mulai merambat masuk melalui celah-celah jendela rumah yang hangat di sore hari itu. Ayu baru saja meletakkan gelas jus jeruk di meja ruang tengah ketika ia melihat Kiano duduk diam di pojok sofa, menatap ke arah lantai dengan wajah sendu. Bocah ceria itu biasanya akan melompat-lompat atau menggoda papanya yang baru pulang dari kantor. Tapi kali ini, anak itu justru memeluk lututnya sendiri sambil menghela napas pelan. Ayu yang masih mengenakan daster berwarna hijau muda langsung berjalan mendekat, duduk di samping Kiano dan mengelus rambut lembut putranya dengan penuh kasih. “Kiano kenapa, Nak?” tanya Ayu lembut, menatap mata anak lelaki kecil itu dengan penuh perhatian. Kiano tidak langsung menjawab. Ia mengangkat wajahnya perlahan dan menatap Ayu. Pandangannya penuh keraguan, s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN