40

1493 Kata

Pagi itu, langit masih sedikit redup, udara masih sejuk, dan burung-burung mulai berkicau dari dahan ke dahan. Di rumah keluarga kecil Hendro, suasana mendadak tidak sehangat biasanya. Suara tangisan terdengar nyaring dari kamar. Bukan suara bayi. Bukan suara anak kecil. Tapi suara Ayu, sang ibu muda yang tengah mengandung. Kiano, yang baru selesai sarapan roti bakar, langsung menghentikan gigitan rotinya dan memandang ke arah kamar orang tuanya dengan dahi berkerut. Hendro, yang saat itu sedang mengancingkan baju kerjanya, ikut terhenti gerakannya. “Papa…” bisik Kiano, pelan. “Itu suara Mama, kan?” Hendro menatap anaknya lalu mengangguk. “Iya. Ayo, kita lihat.” Mereka berdua segera berjalan cepat menuju kamar. Begitu pintu terbuka, tampak Ayu duduk di pinggir ranjang dengan wajah basa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN