29. Lomba

1659 Kata

Sudah lewat pukul delapan malam ketika Hendro berjalan kaki ke rumah sederhana milik Pak Hardi dan Bu Rani. Hendro mengenakan kemeja polos biru tua yang disetrika rapi, rambutnya disisir ke belakang, dan wajahnya menunjukkan kesungguhan. Ia menatap rumah itu sejenak, lalu menarik napas panjang sebelum melangkah masuk melewati pagar kecil dari besi yang mulai berkarat. Di depan teras, Ayu sudah menunggunya. Ia tersenyum lembut melihat Hendro mendekat. “Mas udah datang,” ucap Ayu pelan. Hendro mengangguk. “Siap ketemu calon mertuaku,” candanya ringan, meski mata dan sikap tubuhnya tetap serius. Ayu mencubit pelan lengan Hendro. “Belum resmi. Jangan ngomong calon dulu.” Keduanya tertawa pelan. Ayu lalu mempersilakan Hendro masuk. Di dalam, Pak Hardi duduk di kursi rotan yang sudah mulai

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN