“Sialan! Sepertinya dia mematikan teleponnya sekarang!” gerutu Peter sambil mengepalkan tangan. Ia menarik nafas yang naik turun dan berdiri melangkah menatap ke arah jalanan dari jendela apartemen. Sudah sejak semalam, saat Anya pergi dari apartemen miliknya, Peter telah mencoba menghubungi gadis itu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi puluhan kali ia menelepon dan mengirimkan pesan chatting, tidak ada satu pun juga yang diangkat dan dibalas oleh Anya. Itu karena Anya memang membuat smartphonenya dalam mode silent sejak bertemu dengan Thomas di balaikota dan belum mengecek smartphonenya sama sekali setelah itu. “Di kota ini aku yakin jika Anya tidak punya teman atau saudara, jadi ke mana dia pergi?” gumam Peter sambil kembali mondar-mandir. Setelah merasa sedikit lelah,