Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Rio dari Luna. Tangan Luna refleks melayang begitu saja setelah dia mendengar ucapan merendahkan yang keluar dari mulut kekasihnya. Tatapan Luna yang tadinya sangat hangat dan sangat lembut, kini berubah menjadi sangat tajam. Dia tidak percaya kalau kata-kata itu akan keluar dari mulut Rio setelah mereka tidak berkomunikasi beberapa jam saja. “Apa-apaan kamu ini, hah?! Kenapa kamu nampar aku?!” tanya Rio marah sambil memegangi pipinya yang terasa pedas. “Aku gak nyangka kamu bakal ngomong kayak gitu ke aku. Apa kamu pikir aku murahan?” ucap Luna mengeluarkan kekesalannya, tidak peduli ada beberapa peserta rapat yang melihat mereka. “Trus apa? Apa alasan kamu sampe kamu gak bisa hubungi aku semalaman? Apa alasan kamu terima gitu aja ajakan P