Hari-hari berikutnya menjadi mimpi buruk bagi Reza. Setiap bunyi notifikasi ponsel membuat jantungnya meloncat. Ia takut, kalau-kalau pesan itu dari Nadya yang tiba-tiba berubah nekat. Dan ketakutannya terbukti. Siang itu, saat sedang rapat di kantor, ponselnya bergetar. Ia melirik sekilas, darahnya langsung membeku. Nadya mengirim foto. Bukan foto sembarangan—itu foto dirinya dan Nadya saat di vila beberapa bulan lalu. Nadya bersandar manja di bahunya, wajah Reza jelas terlihat. 📩 “Ingat, Reza. Waktu terus berjalan. Kau punya dua minggu. Kalau tidak, foto ini akan sampai ke Arini.” Reza buru-buru keluar ruang rapat, tangannya gemetar hebat. Ia mencoba menelepon Nadya, tapi tak diangkat. Beberapa menit kemudian, pesan baru masuk: 📩 “Jangan telepon aku. Jangan coba bujuk aku lagi. Kau

