Hari itu langit Jakarta mendung, seolah ikut menambah beban pikiran Reza. Ia berangkat ke kantor dengan kepala penuh kekhawatiran. Bayangan ultimatum Nadya dan pertanyaan samar dari Arini terus menghantuinya. Di meja kerjanya, Reza mencoba fokus menatap layar laptop, tapi ponselnya kembali bergetar. Kali ini bukan dari Nadya, melainkan dari Dina—sahabat Arini. 📩 “Za, bisa kita ketemu sebentar? Ada hal penting yang harus aku tanyakan.” Jantung Reza berdegup kencang. Dina? Kenapa Dina menghubunginya langsung? Bukankah biasanya kalau ada urusan, lewat Arini? Dengan gugup, ia membalas singkat: 📩 “Ada apa, Din?” 📩 “Nanti aku jelaskan. Kita ketemu sore, di kafe dekat kantor. Jangan bilang Arini.” Reza merasa kakinya gemetar. Apakah Nadya sudah mulai bergerak ke Dina? Sore itu, mereka ber

