Arini duduk di ruang tamu sendirian. Malam itu sepi, hanya suara detak jam dinding yang terdengar jelas. Ia memandangi pintu rumah yang masih terkunci rapat, namun bayangan Reza belum juga muncul. Sudah pukul sebelas malam, dan suaminya belum memberi kabar sedikit pun. “Dia di mana lagi sekarang?” bisiknya lirih, namun penuh getir. Di ponselnya, pesan yang ia kirim sejak sore hanya centang satu. Hatinya berkecamuk. Ia mencoba menenangkan diri dengan berpikir positif, tapi rasa curiga menyesakkan d**a. Apakah Reza bersama Nadya lagi? Ataukah ada alasan lain yang ia sembunyikan? Tiba-tiba suara pintu terbuka. Reza masuk dengan wajah lelah, tapi bukannya merasa lega, Arini justru menangkap aroma parfum yang asing menempel di bajunya. Parfum itu jelas bukan miliknya. “Kamu dari mana?” suar

