Cukup lama Iqlima dibelenggu rasa penasaran. Sampai akhirnya memaksakan diri untuk memejamkan mata, mencoba mengabaikan kegelisahan yang terus menghantuinya. Akan tetapi, pikirannya tetap berkelana, memikirkan Afkar yang terdengar begitu lelah tadi. Dia menggenggam selimut lebih erat, berharap kehangatannya bisa sedikit menenangkan hati. Tapi tetap saja, ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang membuat tidurnya tak nyenyak. Bayangan tentang rumah yang berantakan, Jingga yang mengamuk seperti orang kehilangan akal, dan suara Afkar yang terdengar berbeda semua berputar dalam kepalanya. Sejenak, Iqlima menghela napas pelan sembari melafalkan doa lewat bibirnya dengan pelan. "Ya Allah ... tunjukkan padaku bahwa besok semuanya baik-baik saja," bisik Iqlima lirih tatkala rasa kantuk mulai