"Atas dasar apa kau menganggapnya bersandiwara, Justin?" Afkar mengembuskan napas kasar, menekan rasa gelisah yang sejak tadi menyesakkan dadanya. Hati kecilnya sendiri sebenarnya menolak mentah-mentah dugaan itu, tapi di sisi lain, dia tidak bisa sepenuhnya mengabaikan kecurigaan yang merayap dalam pikirannya. Tidak menutup kemungkinan, dugaan Justin benar. Dia pun sempat berpikir demikian, walau hanya sesaat bahwa Iqlima mungkin sedang bersandiwara. Namun, perasaan itu tidak cukup kuat untuk menggoyahkan keyakinannya. Sejauh yang dia lihat, sikap Iqlima tampak begitu alami, tidak ada sedikit pun tanda-tanda kepalsuan. Senyum, tatapan, dan cara Iqlima memperlakukannya, semuanya terasa nyata. Tapi Justin? Lelaki di seberang telepon itu terdengar begitu yakin. "Feeling saja," sahut J