Justin tertegun sejenak, lalu mengambil amplop itu dengan hati-hati. Tatapannya berpindah ke wajah Iqlima, mencoba membaca ekspresi wanita itu. “Ini ... hasil USG?” tanya Justin meski dia sudah tahu jawabannya. Iqlima mengangguk. “Iya, aku harap dengan itu Mas Afkar tidak hanya sekadar tahu, tapi benar-benar merasakan keberadaan kami." Keheningan melingkupi mereka sejenak. Justin menatap foto USG yang kini ada di tangannya. Wajahnya tak menunjukkan banyak ekspresi, tapi dari caranya menggenggam benda itu, jelas dia paham betapa berharganya titipan ini. “Aku akan pastikan Afkar menerimanya.” Iqlima tersenyum kecil, tapi air matanya tetap jatuh. Ini bukan air mata kesedihan, melainkan haru yang tak bisa dia tahan. Sebelum Justin pergi, dia berpesan sekali lagi. "Tolong katakan padany