BAB 24 - Antara Benci dan Cinta

1821 Kata

Bak tersambar petir di siang bolong, Afkar sampai terpaku begitu mendengar kata-kata yang terlontar dari bibir Iqlima. Meski nada bicaranya lembut, tapi di telinga Afkar justru terdengar peraduan mata pisau yang cukup membahayakan. Dari ucapan itu, muncul berbagai pertanyaan di dalam benak Afkar. Seberapa banyak yang Iqlima dengar? Karena jelas, kata-kata itu kurang lebih sama seperti yang dia utarakan pada Jingga belum lama ini. Ingin dia menuntut penjelasan, tapi hal itu kalah cepat karen kini Iqlima telah berlalu dengan langkah panjang menuju kamar kecilnya. Di hadapkan dengan posisi ini, Afkar bingung hendak bersikap bagaimana dan pilihan terakhir hanya memijat pangkal hidung lantaran pusing tentu saja. "Apa yang kau lakukan, Afkar? Tidak seharusnya kau sekadar itu." Dia bermonolog,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN