Afkar terdiam sejenak, tatapan matanya yang semula santai perlahan berubah lebih tajam, lebih dalam. "Apa aku yakin?" ulang pria itu pelan, seolah sedang mempertimbangkan pertanyaan itu. Sembari menahan napas, Iqlima tampak menunggu dengan sangat setia. Dia tahu, pertanyaannya bisa membawa mereka ke pembicaraan yang lebih serius. Tapi, ia harus tahu, butuh kepastian, bukan hanya dari cerita yang dia dengar, tetapi langsung dari orang yang menuduh abinya. Helaan napas terdengar dari Afkar, lalu menatap Iqlima dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Iqlima ...." Suaranya lebih berat. "Kamu ingin aku menjawab jujur atau jawaban yang bisa membuatmu lebih tenang saja?" Iqlima menelan ludah, dia bisa menerka apa pikiran Afkar. "Jujur, Mas ... jujur saja tidak masalah," jawab wanita itu tanpa r