Suara tamparan bergema di dalam kamar, infus yang melekat di tangannya bahkan sampai terlepas dan Iqlima tak merasakan sakit kala itu. Justin refleks memalingkan wajahnya ke samping, jelas sekali tidak menduga reaksi secepat itu. Rasa panas menyengat di pipinya, dan untuk pertama kalinya, dia terlihat terkejut.
"Kurang ajar!" Iqlima mendesis tajam, napasnya memburu karena marah lantaran Justin lancang. "Jangan pernah menyentuhku lagi, Justin!!"
Alih-alih menjawab, Justin terdiam sesaat. Bibirnya bergerak, seakan hendak mengucapkan sesuatu, tapi kemudian dia justru tertawa kecil. Tawa yang terdengar mengejek, tapi samar-samar juga memancarkan sedikit kemarahan yang dia tahan.
"Tenagamu lumayan juga, jadi penasaran ... di atas ranjang, apa staminamu juga akan begini?"
"Ptuh!"
Seolah be
